Jenderal Sudirman (1916-1950)
Panglima dan Jenderal Pertama RI
Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. ► juka-atur
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Sabtu, 17 April 2010
PROKLAMATOR
Entertainment | Biography Seruu
0diggsdigg
Muhammad Hatta dikenal sebagai tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Bukitinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus 1902. Nama kecilnya adalah Muhammad Ata yang merujuk pada (Ahmad Ibn) Muhammad (Ibn ?Abd al-Karim ibn) ?Ataillah al-Sakandari, yaitu pengarang kitab Al-Hikam (berbagai ajaran kearifan). Ia merupakan keturunan ulama Minangkabau. Kakeknya bernama Syekh Abdurrahman yang dikenal sebagai Syekh Batuhampar. Ibunya bernama Saleha yang merupakan keluarga pengusaha terpandang dari Bukittinggi. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil adalah seorang mursyid, sebuah persaudaraan sufi atau tarekat di Sumatera Barat, yang /meninggal ketika Hatta masih berusia delapan bulan. Ia merupakan anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya. Lingkungan keluarga ibunya yang kemudian mengurus Hatta kecil beserta enam saudara perempuannya di Bukittinggi. Pendidikan dasar Hatta ditempuh pada Sekolah Melayu di Bukittinggi. Pada tahun 1913-1916, ia kemudian melanjutkan studinya pada Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Ketika lulus di ELS, usianya masih 13 tahun. Ketika itu ia sebenarnya lulus masuk Handel Middlebare School (HMS atau Sekolah Menengah Dagang), namun oleh ibunya ia disarankan agar studi terlebih dahulu pada Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang, dan akhirnya lulus pada tahun 1919 (dalam usia 17 tahun). Pada tahun ini, ia baru dapat sekolah di HMS (setingkat SMU) di Jakarta dan lulus pada tahun 1921. Pada September 1921, ia pergi ke Belanda untuk belajar ilmu bisnis pada Sekolah Tinggi Ekonomi (/Nederland Handelshogeschool/) di Rotterdam, yang kini namanya berubah menjadi Erasmus Universiteit. Ia tinggal di sana selama 11 tahun. Ia lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Ia sebenarnya berencana akan ujian doktor bidang ekonomi pada akhir tahun 1925, namun ternyata niatnya berubah akibat minatnya yang besar terhadap studi politik. Ia akhirnya mengambil jurusan yang baru dibuka, yaitu hukum negara dan hukum administrasi. Ketika umurnya sudah 15 tahun dan sekolah di MULO Padang, Hatta terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan Jong Minahasa. Ia akhirnya terlibat dalam Jong Sumatranen Bond di Padang, hingga sempat menjadi bendahara (1916-1919). Ketika tinggal di Jakarta ia juga menjabat posisi yang sama (1920-1921). Ketika di Rotterdam (tahun 1922), ia pernah mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia), yang lima tahun kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereniging (Perhimpunan Indonesia atau PI), yaitu sebuah perkumpulan sosial atau organisasi mahasiswa asal Indonesia yang menolak bekerjasama dengan pemerintah Belanda. Atmosfir pergerakan PI menjadi semakin hangat semenjak kedatangan tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada tahun 1913. Oleh karena adanya perpanjangan studi di Belanda, ia akhirnya terpilih sebagai Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926, yang dijabat hingga tahun 1930. Selama di bawah kepemimpinannya, PI berkembang pesat. PI berkembang menjadi semacam organisasi politik yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan politik rakyat Indonesia pada saat itu. Meski aktif di PI, Hatta juga aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1926, ia pernah memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional untuk Perdamaian Dunia di Bierville, Perancis. Tujuan keikutsertaan dirinya adalah untuk memperkenalkan nama Indonesia di pentas politik dunia. Pada tanggal 15 Februari 1927, ia pernah menjadi wakil delegasi dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang diadakan di Brussel. Melalui keikutsertaan dalam liga ini, ia akhirnya sempat bersahabat dengan Jawaharlal Nehru, tokoh nasionalis India. Keterlibatannya dalam organisasi ini dan termasuk tulisan-tulisannya di Majalah Indonesia Merdeka menyebabkan Hatta pernah dipenjara oleh pemerintah Belanda di Den Haag dalam kurun waktu 23 September 1927 hingga 22 Maret 1928. Pada tahun 1932, Hatta kembali ke tanah air. Bersama Sutan Syahrir ia aktif di Partai Pendidikan Nasional Indonesia (Partai PNI Baru), sebuah organisasi yang gencar meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui pelatihan-pelatihan. Di partai ini, ia sempat menjadi ketuanya. Ia juga aktif menangani majalah /Daulat Rakyat/ (1934-1935). Pada tahun 1934, ia ditangkap oleh Pemerintah Hindia Belanda dan ditahan di penjara Glodok selama 11 bulan. Pada tahun 1935, ia dibuang ke Boven Digoel, Papua Barat (1934-1935) yang kemudian dipindahkan ke tempat pembuangan Banda Neira (1935-1942), dan pada Februari 1942 dipindahkan lagi ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, ia dibebaskan. Jika ditotal, ia sesungguhnya telah diasingkan minimal selama 10 tahun. Setelah bebas dari masa hukuman, Hatta kemudian aktif di sejumlah organisasi tanah air. Pada April 1942, ia menjadi Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Dai Nippon. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai salah satu pimpinan dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Ia juga menjadi anggota dalam Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan-BPUK). Pada tanggal 7 Agustus 1945, ia diangkat sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Keterlibatan dirinya dalam organisasi-organisasi tersebut akhirnya ikut mengantarkan dirinya selaku proklamator kemerdekaan RI bersama Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 Hatta diangkat secara aklamasi sebagai Wakil Persiden pertama RI mendampingi Presiden Sukarno. Ketika menjadi wakil presiden, ia banyak berperan penting dalam perumusan berbagai produk hukum nasional. Di antara produk hukum yang dimaksud adalah Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang isinya menyatakan bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diserahi kekuasaan eksekutif, yang sehari-hari dilakukan oleh Badan Pekerja KNIP. Ia pernah mengeluarkan Maklumat Politik tanggal 1 November 1945 yang isinya antara lain menyatakan bahwa Indonesia bersedia menyelesaikan sengketa dengan Belanda melalui cara diplomasi. Di samping itu, ia juga mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang isinya berupa anjuran kepada rakyat untuk membentuk partai-partai politik. Melalui anjuran tersebut berdirilah sepuluh partai politik, yaitu: Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia/), PKI (Partai Komunis Indonesia), PBI (Partai Buruh Indonesia), Partai Rakyat Jelata, Parkindo (Partai Kristen Indonesia), PSI (Partai Sosialis Indonesia), PRS (Partai Rakyat Sosialis), PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia), Permai (Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia), dan PNI (Partai Nasional Indonesia). Setelah proklamasi kemerdekaan RI, Hatta pernah berusaha mencari dukungan dunia internasioal untuk mendukung Indonesia sebagai negara yang telah merdeka. Sebagai contoh, pada Juli I947, ia pergi ke India dengan maksud menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (pilot pesawatnya adalah Biju Patnaik). Nehru kemudian berjanji bahwa India dapat membantu Indonesia dengan cara memprotes dan memberikan resolusi kepada PBB agar Belanda dapat dihukum. Pada tahun 1949, ia memimpin delegasi Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil perundingan tersebut adalah Belanda mengakui kedaulatan RI. Berdirilah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dipimpin oleh Hatta sebagai perdana menterinya. Dalam kurun waktu antara 29 Januari 1948 hingga Desember 1949, ia juga merangkapkan jabatannya sebagai wakil presiden, perdana menteri, dan sekaligus menjadi menteri pertahanan RIS. Dalam kurun waktu Desember 1949 hingga Agustus 1950, ia juga merangkap sebagai menteri luar negeri (menlu) RIS. Setelah perjalanan pemerintahan Indonesia, ia meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden karena berselisih pendapat dengan Sukarno pada tanggal 1 Desember 1956. Sebagai tokoh pemimpin nasional dwi tunggal, keduanya berada pada garis yang kadang sejalan dan kadang pula berseberangan. Jika boleh diilustrasikan posisi Hatta sebenarnya adalah sebagai pengkritik paling tajam sekaligus sahabat hingga akhir hayat Soekarno. Perbedaan pendapat kedua tokoh tersebut sebenarnya berupa perbedaan visi dan pendekatan dalam mengelola negara. Puncak perbedaan pemikiran keduanya terjadi pada tahun 1956, yaitu ketika Sukarno berpendapat bahwa revolusi belum selesai, namun Hatta berpandangan sebaliknya bahwa revolusi telah berhasil dan seharusnya kita sudah beranjak pada prioritas pembangunan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Sejak Desember 1956, yaitu sejak tidak lagi menduduki jabatan struktural pemerintahan, Hatta banyak disibukkan dengan aktivitas-aktivitas keilmuan (akademik). Selama menjabat sebagai wakil presiden, ia sebenarnya juga sering menyampaikan ceramah-ceramah ilmiah di berbagai perguruan tinggi di tanah air. Setelah tidak lagi menjadi birokrat, ia mendapatkan banyak waktu untuk fokus pada kegiatan keilmuan dan akademis. Ia pernah menjadi dosen di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat di Bandung (1951-1961), dosen di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta (1954-1959), dosen luar biasa di Universitas Hasanuddin (1966-1971), dan dosen luar biasa di Universitas Padjajaran Bandung (1967-1971). Di samping itu, ia juga pernah menjadi penasehat presiden dan penasehat komisi tentang masalah korupsi (1969) dan sebagai Ketua Panitia Lima yang ikut merumuskan penafsiran Pancasila (1975). Pada tanggal 27 November 1956, UGM pernah menganugerahi gelar doctor honoris causa kepada Hatta, dengan pidato pengukuhannya yang berjudul “Lampau dan Datang”. Ia juga dikukuhkan sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian oleh Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Universitas Hasanuddin (Unhas) di Ujung Pandang juga memberikan gelar doctor honoris causa dalam bidang ekonomi. Universitas Indonesia (UI) juga memberikan gelar doctor honoris causa dalam bidang ilmu hukum. Aktivitas menulis Hatta mulai terasah sejak ia sekolah HMS di Jakarta. Tulisan pertamanya berjudul “Namaku Hindania!” dimuat di Majalah Jong Sumatera. Pada tahun 1960, ia menulis “Demokrasi Kita” dalam Majalah Pandji Masyarakat yang memuat pemikiran tentang perkembangan demokrasi Indonesia saat itu. Meski dalam masa pembuangan, ia tetap menulis dan menekuni bidang keilmuan. Sebagai contoh, ketika dibuang ke Tanah Merah ia tetap rutin menulis artikel-artikel untuk media massa Pemandangan. Rumahnya di Digoel dipenuhi dengan buku-buku yang khusus dibawanya dari Jakarta sebanyak 16 peti. Ia juga masih sempat mengajarkan teman-temannya selama masa pembuangan bidang-bidang keilmuan seputar ilmu ekonomi, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Pada Januari 1936, ketika ia dipindahkan ke Bandaneira, ia pernah mengajarkan sejarah, tata buku, politik, dan sebagainya kepada penduduk dan anak-anak sekitar. Hatta menikah dengan Rahmi Rachim Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Buah pernikahan mereka adalah Meutia Farida, Gemala, dan Halida Nuriah. Ia wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo Jakarta dalam usia 77 tahun, dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
0diggsdigg
Muhammad Hatta dikenal sebagai tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Bukitinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus 1902. Nama kecilnya adalah Muhammad Ata yang merujuk pada (Ahmad Ibn) Muhammad (Ibn ?Abd al-Karim ibn) ?Ataillah al-Sakandari, yaitu pengarang kitab Al-Hikam (berbagai ajaran kearifan). Ia merupakan keturunan ulama Minangkabau. Kakeknya bernama Syekh Abdurrahman yang dikenal sebagai Syekh Batuhampar. Ibunya bernama Saleha yang merupakan keluarga pengusaha terpandang dari Bukittinggi. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil adalah seorang mursyid, sebuah persaudaraan sufi atau tarekat di Sumatera Barat, yang /meninggal ketika Hatta masih berusia delapan bulan. Ia merupakan anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya. Lingkungan keluarga ibunya yang kemudian mengurus Hatta kecil beserta enam saudara perempuannya di Bukittinggi. Pendidikan dasar Hatta ditempuh pada Sekolah Melayu di Bukittinggi. Pada tahun 1913-1916, ia kemudian melanjutkan studinya pada Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Ketika lulus di ELS, usianya masih 13 tahun. Ketika itu ia sebenarnya lulus masuk Handel Middlebare School (HMS atau Sekolah Menengah Dagang), namun oleh ibunya ia disarankan agar studi terlebih dahulu pada Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang, dan akhirnya lulus pada tahun 1919 (dalam usia 17 tahun). Pada tahun ini, ia baru dapat sekolah di HMS (setingkat SMU) di Jakarta dan lulus pada tahun 1921. Pada September 1921, ia pergi ke Belanda untuk belajar ilmu bisnis pada Sekolah Tinggi Ekonomi (/Nederland Handelshogeschool/) di Rotterdam, yang kini namanya berubah menjadi Erasmus Universiteit. Ia tinggal di sana selama 11 tahun. Ia lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Ia sebenarnya berencana akan ujian doktor bidang ekonomi pada akhir tahun 1925, namun ternyata niatnya berubah akibat minatnya yang besar terhadap studi politik. Ia akhirnya mengambil jurusan yang baru dibuka, yaitu hukum negara dan hukum administrasi. Ketika umurnya sudah 15 tahun dan sekolah di MULO Padang, Hatta terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan Jong Minahasa. Ia akhirnya terlibat dalam Jong Sumatranen Bond di Padang, hingga sempat menjadi bendahara (1916-1919). Ketika tinggal di Jakarta ia juga menjabat posisi yang sama (1920-1921). Ketika di Rotterdam (tahun 1922), ia pernah mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia), yang lima tahun kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereniging (Perhimpunan Indonesia atau PI), yaitu sebuah perkumpulan sosial atau organisasi mahasiswa asal Indonesia yang menolak bekerjasama dengan pemerintah Belanda. Atmosfir pergerakan PI menjadi semakin hangat semenjak kedatangan tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada tahun 1913. Oleh karena adanya perpanjangan studi di Belanda, ia akhirnya terpilih sebagai Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926, yang dijabat hingga tahun 1930. Selama di bawah kepemimpinannya, PI berkembang pesat. PI berkembang menjadi semacam organisasi politik yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan politik rakyat Indonesia pada saat itu. Meski aktif di PI, Hatta juga aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1926, ia pernah memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional untuk Perdamaian Dunia di Bierville, Perancis. Tujuan keikutsertaan dirinya adalah untuk memperkenalkan nama Indonesia di pentas politik dunia. Pada tanggal 15 Februari 1927, ia pernah menjadi wakil delegasi dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang diadakan di Brussel. Melalui keikutsertaan dalam liga ini, ia akhirnya sempat bersahabat dengan Jawaharlal Nehru, tokoh nasionalis India. Keterlibatannya dalam organisasi ini dan termasuk tulisan-tulisannya di Majalah Indonesia Merdeka menyebabkan Hatta pernah dipenjara oleh pemerintah Belanda di Den Haag dalam kurun waktu 23 September 1927 hingga 22 Maret 1928. Pada tahun 1932, Hatta kembali ke tanah air. Bersama Sutan Syahrir ia aktif di Partai Pendidikan Nasional Indonesia (Partai PNI Baru), sebuah organisasi yang gencar meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui pelatihan-pelatihan. Di partai ini, ia sempat menjadi ketuanya. Ia juga aktif menangani majalah /Daulat Rakyat/ (1934-1935). Pada tahun 1934, ia ditangkap oleh Pemerintah Hindia Belanda dan ditahan di penjara Glodok selama 11 bulan. Pada tahun 1935, ia dibuang ke Boven Digoel, Papua Barat (1934-1935) yang kemudian dipindahkan ke tempat pembuangan Banda Neira (1935-1942), dan pada Februari 1942 dipindahkan lagi ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, ia dibebaskan. Jika ditotal, ia sesungguhnya telah diasingkan minimal selama 10 tahun. Setelah bebas dari masa hukuman, Hatta kemudian aktif di sejumlah organisasi tanah air. Pada April 1942, ia menjadi Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Dai Nippon. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai salah satu pimpinan dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Ia juga menjadi anggota dalam Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan-BPUK). Pada tanggal 7 Agustus 1945, ia diangkat sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Keterlibatan dirinya dalam organisasi-organisasi tersebut akhirnya ikut mengantarkan dirinya selaku proklamator kemerdekaan RI bersama Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 Hatta diangkat secara aklamasi sebagai Wakil Persiden pertama RI mendampingi Presiden Sukarno. Ketika menjadi wakil presiden, ia banyak berperan penting dalam perumusan berbagai produk hukum nasional. Di antara produk hukum yang dimaksud adalah Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang isinya menyatakan bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diserahi kekuasaan eksekutif, yang sehari-hari dilakukan oleh Badan Pekerja KNIP. Ia pernah mengeluarkan Maklumat Politik tanggal 1 November 1945 yang isinya antara lain menyatakan bahwa Indonesia bersedia menyelesaikan sengketa dengan Belanda melalui cara diplomasi. Di samping itu, ia juga mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang isinya berupa anjuran kepada rakyat untuk membentuk partai-partai politik. Melalui anjuran tersebut berdirilah sepuluh partai politik, yaitu: Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia/), PKI (Partai Komunis Indonesia), PBI (Partai Buruh Indonesia), Partai Rakyat Jelata, Parkindo (Partai Kristen Indonesia), PSI (Partai Sosialis Indonesia), PRS (Partai Rakyat Sosialis), PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia), Permai (Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia), dan PNI (Partai Nasional Indonesia). Setelah proklamasi kemerdekaan RI, Hatta pernah berusaha mencari dukungan dunia internasioal untuk mendukung Indonesia sebagai negara yang telah merdeka. Sebagai contoh, pada Juli I947, ia pergi ke India dengan maksud menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (pilot pesawatnya adalah Biju Patnaik). Nehru kemudian berjanji bahwa India dapat membantu Indonesia dengan cara memprotes dan memberikan resolusi kepada PBB agar Belanda dapat dihukum. Pada tahun 1949, ia memimpin delegasi Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil perundingan tersebut adalah Belanda mengakui kedaulatan RI. Berdirilah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dipimpin oleh Hatta sebagai perdana menterinya. Dalam kurun waktu antara 29 Januari 1948 hingga Desember 1949, ia juga merangkapkan jabatannya sebagai wakil presiden, perdana menteri, dan sekaligus menjadi menteri pertahanan RIS. Dalam kurun waktu Desember 1949 hingga Agustus 1950, ia juga merangkap sebagai menteri luar negeri (menlu) RIS. Setelah perjalanan pemerintahan Indonesia, ia meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden karena berselisih pendapat dengan Sukarno pada tanggal 1 Desember 1956. Sebagai tokoh pemimpin nasional dwi tunggal, keduanya berada pada garis yang kadang sejalan dan kadang pula berseberangan. Jika boleh diilustrasikan posisi Hatta sebenarnya adalah sebagai pengkritik paling tajam sekaligus sahabat hingga akhir hayat Soekarno. Perbedaan pendapat kedua tokoh tersebut sebenarnya berupa perbedaan visi dan pendekatan dalam mengelola negara. Puncak perbedaan pemikiran keduanya terjadi pada tahun 1956, yaitu ketika Sukarno berpendapat bahwa revolusi belum selesai, namun Hatta berpandangan sebaliknya bahwa revolusi telah berhasil dan seharusnya kita sudah beranjak pada prioritas pembangunan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Sejak Desember 1956, yaitu sejak tidak lagi menduduki jabatan struktural pemerintahan, Hatta banyak disibukkan dengan aktivitas-aktivitas keilmuan (akademik). Selama menjabat sebagai wakil presiden, ia sebenarnya juga sering menyampaikan ceramah-ceramah ilmiah di berbagai perguruan tinggi di tanah air. Setelah tidak lagi menjadi birokrat, ia mendapatkan banyak waktu untuk fokus pada kegiatan keilmuan dan akademis. Ia pernah menjadi dosen di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat di Bandung (1951-1961), dosen di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta (1954-1959), dosen luar biasa di Universitas Hasanuddin (1966-1971), dan dosen luar biasa di Universitas Padjajaran Bandung (1967-1971). Di samping itu, ia juga pernah menjadi penasehat presiden dan penasehat komisi tentang masalah korupsi (1969) dan sebagai Ketua Panitia Lima yang ikut merumuskan penafsiran Pancasila (1975). Pada tanggal 27 November 1956, UGM pernah menganugerahi gelar doctor honoris causa kepada Hatta, dengan pidato pengukuhannya yang berjudul “Lampau dan Datang”. Ia juga dikukuhkan sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian oleh Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Universitas Hasanuddin (Unhas) di Ujung Pandang juga memberikan gelar doctor honoris causa dalam bidang ekonomi. Universitas Indonesia (UI) juga memberikan gelar doctor honoris causa dalam bidang ilmu hukum. Aktivitas menulis Hatta mulai terasah sejak ia sekolah HMS di Jakarta. Tulisan pertamanya berjudul “Namaku Hindania!” dimuat di Majalah Jong Sumatera. Pada tahun 1960, ia menulis “Demokrasi Kita” dalam Majalah Pandji Masyarakat yang memuat pemikiran tentang perkembangan demokrasi Indonesia saat itu. Meski dalam masa pembuangan, ia tetap menulis dan menekuni bidang keilmuan. Sebagai contoh, ketika dibuang ke Tanah Merah ia tetap rutin menulis artikel-artikel untuk media massa Pemandangan. Rumahnya di Digoel dipenuhi dengan buku-buku yang khusus dibawanya dari Jakarta sebanyak 16 peti. Ia juga masih sempat mengajarkan teman-temannya selama masa pembuangan bidang-bidang keilmuan seputar ilmu ekonomi, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Pada Januari 1936, ketika ia dipindahkan ke Bandaneira, ia pernah mengajarkan sejarah, tata buku, politik, dan sebagainya kepada penduduk dan anak-anak sekitar. Hatta menikah dengan Rahmi Rachim Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Buah pernikahan mereka adalah Meutia Farida, Gemala, dan Halida Nuriah. Ia wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo Jakarta dalam usia 77 tahun, dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
Proklamator
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”. (kepustakaan-presiden.pnri.go.id)
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”. (kepustakaan-presiden.pnri.go.id)
Minggu, 28 Februari 2010
PERLAKUAN PANAS
HEAT TREATMENT (PERLAKUAN PANAS)
Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air faram, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan aatu pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu.
Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature sangat menetukan.
Jenis-jenis Heat Treatment
a.Quenching ( pengerasan )
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja.
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenite untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada keadaan karbon.
b. Anneling
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Tujuan proses anneling :
1. Melunakkan material logam
2. Menghilangkan tegangan dalam / sisa
3. Memperbaiki butir-butir logam.
c. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenite yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam. Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon.
d. Tempering
Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit di bawah temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya dipertahankan sampai merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan dalam media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung oleh kadar karbon.
Jenis-jenis pengerasan permukaan
1. karburasi
Cara ini sudah lama dikenaloleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi dipanaskan di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon, baik dalan bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara kaburasi yaitu kaburasi padat, kaburasi cair dan karburasi gas.
2. karbonitiding
Adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan nitrogen. Keuntungan karbonitiding adalah kemampuan pengerasan lapisan luar meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat diamfaatkan baja yang relative murah ketebalan lapisan yang tahan antara 0,80 sampai 0,75 mm.
3. cyaniding
Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh specimen yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.
4. Nitriding
adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ± 510°c dalam lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu.
Pengelompokan dan Standarisasi Baja
Pengelompokan Baja
1) Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur.
2) Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon. Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.
3) Baja Khusus
Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena pemakaian-pemakaian yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat, baja tahan panas, baja perkakas, baja listrik. Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom sebagai unsure terpenting untuk memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga macam menurut strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas dan austenitis.
Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan korosi pada suhu lingkungan lebih tinggi atau oksidasi.
Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang peranan dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk memperoleh sifat sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi.
Baja listrik banyak dipakai dalam bidang elektronika.
Standarisasi Baja
1) Amerika Serikat
a) ASTM ( American Society for Testing Materials )
o Strogen Steel (H3 9M-94)
o High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
o Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon, steel plate for machine pane and general construction (A 284M-38)
o High Steel Strength. Quenhead and Temporal alloy steel plate euatable for andirum
(A514-94m)
o Structural Steel mide 290 MPa minimum Yield point (BMM) maximum
o High Strongth Low alloy alambium vanadium steel of structural quality (43,72m-94a)
o Structural carbon steel plate of improved longers (AS 37M-93a)
o High Strength Low alloy Structural Steel 345 MPa minimum yield point 100 mm thickness (AS 88M-94a)
o Normalized high Strength Low alloy Structural Steel (A633-94a)
o Low carbonate hardening, nikel copped evanium monodin, corombium and nikel coppe columbion allow steel (A710M-94)
o Hot road stuktural steel high Strength Low alloy plate with improved in ability (A 610 M-93a)
o Quenhead and tempered carbon steel plates for structural aniration (A 678-94a)
b) AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of Automotive Engineers)
Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx digunakan untuk paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini berarti kandungan karbonnya adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%)
c) Menurut UNS (United Numbering System)
Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE, hanya saja menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan lainnya misalnya baja AISI,SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana awalnya G untuk baja karbon paduan rendah.
2) Jepang (JIS = Japan Industrial Standar)
o Rolled Steel for general structural (G 3101-87)
o Rolled Steel for walled structural (G 3106-92)
o Hot Rolled Atmosphetle corrosion resisting steel (G 3128-87)
o Hot Yield Strength Steel plate for walled structural (G 3128-87)
o Superior atmosphere corrosion resistant steel (G 3215-87)
3) Standarisasi Jerman (DIN = Deutsche Industrie Norm.)
o Steel for general structural purposes (17100-80)
o Waldable tine astin steel (17102-83)
4) Standarisasi Perancis (NF)
o Structural Steel (A 35-501-87)
o Structural Steel Imprived atmosphere votection vistance (H 35-502-DA)
Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air faram, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan aatu pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu.
Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature sangat menetukan.
Jenis-jenis Heat Treatment
a.Quenching ( pengerasan )
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja.
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenite untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementitoleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada keadaan karbon.
b. Anneling
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Tujuan proses anneling :
1. Melunakkan material logam
2. Menghilangkan tegangan dalam / sisa
3. Memperbaiki butir-butir logam.
c. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenite yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam. Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon.
d. Tempering
Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit di bawah temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya dipertahankan sampai merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan dalam media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung oleh kadar karbon.
Jenis-jenis pengerasan permukaan
1. karburasi
Cara ini sudah lama dikenaloleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi dipanaskan di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon, baik dalan bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara kaburasi yaitu kaburasi padat, kaburasi cair dan karburasi gas.
2. karbonitiding
Adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan nitrogen. Keuntungan karbonitiding adalah kemampuan pengerasan lapisan luar meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat diamfaatkan baja yang relative murah ketebalan lapisan yang tahan antara 0,80 sampai 0,75 mm.
3. cyaniding
Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh specimen yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.
4. Nitriding
adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ± 510°c dalam lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu.
Pengelompokan dan Standarisasi Baja
Pengelompokan Baja
1) Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur.
2) Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon. Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.
3) Baja Khusus
Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena pemakaian-pemakaian yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat, baja tahan panas, baja perkakas, baja listrik. Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom sebagai unsure terpenting untuk memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga macam menurut strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas dan austenitis.
Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan korosi pada suhu lingkungan lebih tinggi atau oksidasi.
Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang peranan dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk memperoleh sifat sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi.
Baja listrik banyak dipakai dalam bidang elektronika.
Standarisasi Baja
1) Amerika Serikat
a) ASTM ( American Society for Testing Materials )
o Strogen Steel (H3 9M-94)
o High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
o Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon, steel plate for machine pane and general construction (A 284M-38)
o High Steel Strength. Quenhead and Temporal alloy steel plate euatable for andirum
(A514-94m)
o Structural Steel mide 290 MPa minimum Yield point (BMM) maximum
o High Strongth Low alloy alambium vanadium steel of structural quality (43,72m-94a)
o Structural carbon steel plate of improved longers (AS 37M-93a)
o High Strength Low alloy Structural Steel 345 MPa minimum yield point 100 mm thickness (AS 88M-94a)
o Normalized high Strength Low alloy Structural Steel (A633-94a)
o Low carbonate hardening, nikel copped evanium monodin, corombium and nikel coppe columbion allow steel (A710M-94)
o Hot road stuktural steel high Strength Low alloy plate with improved in ability (A 610 M-93a)
o Quenhead and tempered carbon steel plates for structural aniration (A 678-94a)
b) AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of Automotive Engineers)
Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx digunakan untuk paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini berarti kandungan karbonnya adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%)
c) Menurut UNS (United Numbering System)
Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE, hanya saja menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan lainnya misalnya baja AISI,SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana awalnya G untuk baja karbon paduan rendah.
2) Jepang (JIS = Japan Industrial Standar)
o Rolled Steel for general structural (G 3101-87)
o Rolled Steel for walled structural (G 3106-92)
o Hot Rolled Atmosphetle corrosion resisting steel (G 3128-87)
o Hot Yield Strength Steel plate for walled structural (G 3128-87)
o Superior atmosphere corrosion resistant steel (G 3215-87)
3) Standarisasi Jerman (DIN = Deutsche Industrie Norm.)
o Steel for general structural purposes (17100-80)
o Waldable tine astin steel (17102-83)
4) Standarisasi Perancis (NF)
o Structural Steel (A 35-501-87)
o Structural Steel Imprived atmosphere votection vistance (H 35-502-DA)
Langganan:
Postingan (Atom)